31 Mar 2015

Es Kopi Biasa Dua

"Selamat siang."
"Ya selamat siang, silahkan pesanannya."
"Es kopi biasa dua ya.."
"Mau tambah kentang gorengnya?"
"Nggak usah, itu aja."
"...jadi duapuluh lima ribu rupiah, silahkan ke jendela berikutnya."
Lima detik kemudian [TOWENG!] si mas fastfood tercengang, hampir melotot. Lantaran yang dia lihat Saya nggak naik mobil - bukan juga motor - tapi sepeda butut :). Sambil cengar-cengir sendiri, si mas bertopi logo M itu menerima pembayaran. Mungkin selama dia berkarir di bagian drive thru, belum pernah liat yang macam begini.

Mungkin kamu udah bisa tebak, dimana kejadian tersebut berlangsung? Tau ya, ga usah disebut lah restoran fast food berlogo M itu :). Oke, sekedar mengingatkan aja nih, sebelumnya restoran ini identik dengan burger dan french fries tok. Melihat kesuksesan tukang ayam goreng, dia ga mau kalah. Dijuallah ayam goreng tepung yang biasa emak-emak sebut sebagai pret ciken. Belum cukup, dia lalu tertarik dengan trend minuman (khususnya) kopi yang makin wangi. Muncullah menu Es Kopi, yang ditawarkan dalam bentuk float dan biasa. Mana lebih enak? Itu tergantung, siapa yang bayar hehehehe.

Nah, mari kita bahas soal kopinya aja. Memangnya apa sih istimewanya es kopi ini? Hmm, kamu pernah coba? Belum? Cobaa duluu. Lalu renungkan dalam-dalam, ini es kopi kenapa rasanya begini.. lumayan? :). Perhatikan mesin yang dia gunakan untuk menyeduh kopi. Seperti termos ya? Entah beli di planet mana, ah nanti digoogling aja. Lalu susu cair apa yang dia gunakan, ooh merknya berlian. Lalu rasa manisnya dari mana? Yak, tepat sekali! Pakai gula. Pinteer.

Kembali ke soal kopi. Saya test (berkali-kali) rasanya itu pahit sedang, aroma smoky, tekstur agak encer. Untuk rasanya, sangat relatif. Kadang pas, kadang kurang pahit. Saya perhatikan mereka kadang gak pakai ukuran. Tuang sekenanya kalau outletnya sedang ramai.
Apa bisa kita tiru rasanya?
Ya, dengan kegigihan dan kerja keras, saya yakin kamu bisa!
Saya sendiri sudah mencoba membuat kopi semirip mungkin dengan rasa kopi dari resto ini. Dengan menyeduh biasa lalu disaring dengan saringan kain, menggunakan vietnam drip, hingga dengan mesin espresso komersial. Dan hasilnya agak jauh beda, kalau ga bisa dikatakan meleset. Setelah beberapa waktu berlalu, iseng saya coba pakai alat yang lama ga dibelai: moka pot. Alat ini seingat saya (baca dari blog cikopi), menghasilkan aroma burnt alias bau-bau terbakar, atau smoky, bau asap. Aha! Good start. Untuk teknis penggunaannya, saya rekomendasi baca blog ini http://www.cikopi.com/caffelogue/moka-pot/.

Moka pot

Oke, saya coba dengan kopi robusta Jawa yang dicampur dengan arabika. Saya pakai Bali, Papua, Minang, dan atau Jawa. Untuk campurannya menurut saya itu terserah yang mau minum. Mau robusta dan arabika, robusta saja, atau arabika saja terserah. Tapi untuk menyamai rasa es kopi yang kita sebut diatas, ya pakailah robusta untuk campuran. Buat kamu yang bingung cari kopinya dimana, silahkan main ke supermarket. Disana sudah banyak dijual kopi yang gilingannya cocok untuk moka pot (agak kasar). Kalau bingung ya tanya sama mbaknya doong.
Sudah jadi kopinya?
Oke, lalu gulanya lebih baik pakai gula pasir, karena hasil seduhannya sangat panas. Cocok kan.
Terus susu cairnya?
Silahkan pilih antara berlian atau lapangan ijo. Rekomendasi? Saya rekomen yang lapangan ijo. Karena lebih maknyus. Juga kalau ada anak balita, bisa sekalian menikmati susu ini :).
Sip, selamat mencoba!